10 Kids Died at a Bandung Gig Saturday…
10 kids died at a Bandung gig during a stampede on Saturday. Apparently there were too many people crammed in the concert hall. The space is too small for a large crowd numbering between 700 to 1,500, (depending on which paper you read).
Here’s The Jakarta Post’s report today:
Punk rock concert stampede in Bandung kills 10, police say
JAKARTA (AP): A stampede at an Indonesian punk rock concert killed 10 people and injured dozens of others, most of them teenagers, police said Sunday.
The crush happened Saturday night at a small cultural center hall in West Java provincial capital of Bandung, after a show by a local band called Beside. Hundreds of people tried to leave the overcrowded venue at the same time, causing a panic, said Bandung City Police chief, Sr. Comr. Bambang Suparsono.
“People were screaming in panic when others fell down and were trampled,” a witness, Dani, said.
“I saw many people unconscious lying on the ground. I fell down but fortunately I was pulled out by someone in the crowd.”
It is unclear how the rush started at the show in Bandung, about 160 kilometers southeast of Jakarta.
Dani told reporters people were pushing to get in and out of the venue’s main entrance at the same time.
The concert hall had been about 30 percent over its capacity of 700, Bambang said, adding that investigators were questioning 15 concert organizers.
Ten people were trampled to death and scores of others were treated for breathing difficulties, said Noorman, a doctor who treated some of the injured.
Concert organizers were not immediately available for comment.
A local government official, Edis Siswadi, said the families of those killed might be compensated. He did not give further details or mention any amount of compensation.
Such stampedes have happened before at Indonesian pop concerts and sports events, especially in provincial towns where crowd safety measures are often inadequate. (****)
====================
Here’s a more detailed account by AFP:
Crush at Indonesia rock concert kills 10
JAKARTA (AFP) — Ten young people were trampled or crushed to death as hundreds of music fans tried to force their way out of a rock concert in the Indonesian city of Bandung, police and hospital officials said Sunday.
Witnesses told the local Pikiran Rakyat daily that people inside the packed venue were trying to escape the crush just as hundreds of others were surging their way inside.
“Ten people were killed, one of them has not yet been identified. Six other people were injured,” Bandung police chief Bambang Suparsono told the Detikcom online news portal.
The dead are mostly teenagers. He said an investigation was underway into the incident late Saturday.
Detikcom, quoting another police officer, said the capacity of the building was for 700 people but that only around 400 attended the concert by a popular heavy metal group called Besides.
The concert was being held to launch its latest album.
However, Pikiran Rakyat said there were more than 1,500 people inside, which it said was about 500 more than the building’s capacity.
“We have questioned 51 witnesses and three suspects,” Suparsono said according to Detikcom. The three were all from the organisers, he said, and added that more “from the committee of the crew” could also join the three as suspects.
“The bodies of 10 people have been brought here but all but three have been taken by their family,” said Toto, a staff member at the local hospital morgue where the dead were initially brought.
Suparsono said the crush occurred as people tried to leave the Asia-Africa Arts Hall in downtown Bandung.
“The results of the autopsies showed that most of the victims had suffered from breathing difficulties,” the city police chief said, suggesting they were crushed to death.
One 19-year-old witness told Pikiran Rakyat: “Outside, there were hundreds of people pushing to enter. They were pushing at the gate.
“Inside, there were also a lot of people who wanted to leave because the hall was so packed that it was difficult to breathe.”
Another witness said the venue was so crowded that he did not have enough room to bend down to retrieve a shoe which had come loose.
A third told the paper that while the band was playing, hundreds of people forced their way in, damaging the entrance lobby.
West Java Police Chief Susno Duaji was quoted by the Pikiran Rakyat as saying from the scene that police inside the building had asked the organisers to halt the concert because many of those in the venue had already fainted.
He confirmed most of the victims showed signs of lack of oxygen.
The art deco former movie house, next to a building that hosted the first Asia-Africa conference in 1955, remained closed to the public Sunday.
A dozen police officers were posted to close off the entrance, although passers-by could see the broken glass panels of the main entrance inside and damaged iron grilles, the state Antara news agency said.
In December 2006, 10 people died and dozens were injured in a stampede at a packed football stadium for a rock concert in Kedungwuni in Indonesia’s Central Java province.
Detikcom said then the stadium, built to take 6,000 people, was filled to almost double its capacity for the concert by the group Ungu.
In 2004, eight people were killed in two separate stampedes at concerts by the pop group Sheila.
=======================
more reports: here
and here’s current Bandung updates: detikbandung.com
when is the last time we got 500 pax at our DIY hardcore punk gigs? nowadays 200 pax already considered very crowded!
been to bandung DIY shows, they also suffered the same thing.
but their corporate-sponsored-non-DIY-shows always packed like this.
i’ve been to seringai show once. it was almost a riot!
anyway my deepest condolences to their family and friends.
Rest In Peace!
condolences…
perhaps this would raise awareness among local gig-goers as well…
Got this from an email…
Teman2,
Untuk meluruskan khabar2 yang tidak enak dan cenderung memojokkan scene, berikut cerita dari Eben (BK’s Guitarist)
Bandung, 9 Februari 2008
Cerita pendek Tragedi Berdarah konser musik Beside.
Tepat jam 19.00 wib saya tiba di gedung AACC di jalan Braga Bandung, tempat dimana launching album perdana band metal asal kota kembang Beside digelar. Suasana diluar gedung sangat ramai dipenuhi teman-teman dari komunitas yang berkumpul untuk menyaksikan konser tunggal dari band yang baru saja meluncurkan album bertitel “Against Ourselves” ini. Di depan gerbang gedung yang berkapasitas 500 orang ini saya melihat ratusan metalhead yang terus mengantri berusaha masuk kedalam gedung, terlihat juga beberapa orang aparat keamanan yang sedang bersantai duduk diatas motor yang diparkir di depan gedung. Tidak lama kemudian dari luar terdengar Beside sudah mulai menggeber lagu pertama dari set list konser mereka malam ini, tanpa banyak menunggu saya langsung masuk melalui pintu samping gedung yang dikhususkan untuk para undangan dan teman-teman media.
Dari pinggir panggung saya melihat hampir 800 metalhead memadati crowd yang intens berpogo ria diiringi penampilan Beside yang powerfull, setelah saya perhatikan nampaknya pihak panitia telah menjual jumlah tiket yang melebihi kapasitas gedung. Sempat beberapa kali saya melihat beberapa penonton yang mabuk dan pingsan dehidrasi dikarenakan kurangnya sirkulasi udara segar di dalam gedung, tapi sangat disayangkan pihak panitia tidak sigap menyediakan bantuan yang maksimal seperti PMI atau tim khusus untuk menangani kejadian seperti ini, sehingga beberapa penonton yang pingsan hanya dibiarkan tergeletak di lorong samping panggung tanpa pertolongan yang benar.
Memang udara didalam gedung sangat panas dan pengap hingga dipertengahan konser saya berjalan keluar melalui jalan samping untuk membeli minuman dingin. Dari depan pintu samping saya melihat kerumunan penonton tanpa tiket yang beramai-ramai berusaha merubuhkan gerbang utama gedung AACC ini, namun sayangnya para aparat yang berada di sekitar gerbang tidak melakukan tindakan antisipasi dan hanya berdiri merokok menyaksikan kejadian tersebut. Sempat saya mengingatkan salah seorang aparat untuk segera bertindak tapi hanya sebuah jawaban sederhana yang saya terima, “Udah biarin aja ada panitia yang jaga, kamu ga usah ikut-ikutan” tuturnya. Aneh mendengarnya, seharusnya mereka lebih sigap dan segera mengamankan kejadian tersebut. Merasa tidak digubris saya kembali masuk kedalam gedung dan memberi tahu kondisi diluar gedung ke pihak panitia yang berjaga didalam, akhirnya beberapa panitia berlarian keluar untuk ikut membantu.
Setelah pemutaran video klip “Holyman” melalui big screen di kanan kiri panggung para personil Beside terlihat membagikan beberapa gelas bir kepada penonton yang berada di barisan depan panggung, tentunya suguhan ini dengan gembira ditanggapi oleh para penonton yang memang kehausan setelah terus berpogo. Tak berselang lama Beside kembali bersiap dan melanjutkan konser mereka. Sekitar jam 20.30 konser yang berjalan lancar ini berakhir, kerumunan penonton yang mengantri untuk keluar pun terlihat aman dan tertib. Didalam gedung terdapat beberapa penonton yang kelelahan dan beristirahat sambil menunggu antrian yang cukup panjang. Dan tragedi buruk ini pun dimulai, tidak lama kemudian saya mendapat kabar bahwa diluar ada dua orang penonton yang meninggal karena kehabisan nafas.
Tiba-tiba seorang aparat tanpa seragam naik ke atas panggung dan langsung berteriak-teriak menyuruh semua penonton yang ada didalam gedung untuk segera keluar. Tanpa basa-basi pun beberapa polisi lainnya ikut masuk kedalam dan dengan kasar mengusir semua penonton yang tersisa. Kembali saya coba mengingatkan para aparat untuk tidak bertindak kasar dan menerangkan bahwa diluar antrian penonton masih panjang. Namun sekali lagi omongan saya tidak digubris dan mereka terus bertindak seenaknya mendorong dan menendang para penonton, dan akhirnya suasana antrian menjadi tidak terkendali.
Beberapa penonton dibagian belakang terus mendorong kedepan karena takut terkena pukulan para aparat yang terus memaksa keluar, sangat jelas terlihat bertambahnya korban yang pingsan karena terinjak-injak antrian yang terus menumpuk. Dalam kondisi panik saya berusaha membantu seorang penonton yang tergeletak pingsan didepan gedung dan membopongnya untuk dibawa kedalam mobil salah satu panitia. Tiba-tiba salah seorang teman saya yang juga ikut membantu korban dipukul wajahnya oleh seorang oknum aparat tanpa alasan yang jelas, dengan sigap saya berusaha melerai mereka. Dan sekali lagi sikap angkuh dan sok jagoan dari seorang oknum aparat pun dipertontonkan, dengan sikap yang kampungan hampir 20 orang aparat langsung menyerang saya dan mengeroyok membabi buta seperti segerombolan preman yang haus berkelahi.
Akhirnya suasana kembali tidak terkendali dan kerusuhan pun terjadi, beberapa teman yang ikut melawan dan melindungi saya pun ikut terkena pukulan dan tendangan dari oknum-oknum aparat yang terus bertambah sehingga kami semua berpencaran berlari jauh untuk menghindar. Dari kejauhan saya melihat beberapa korban yang pingsan didepan gedung diusir dengan kasar oleh beberapa aparat, dan mereka pun langsung memasang Police Line agar tidak ada lagi penonton yang masuk kedalam gedung. Tak lama kemudian saya mendapat kabar bahwa beberapa teman saya dibawa ke Polwiltabes Bandung sebagai saksi untuk dimintai keterangan perihal kejadian tersebut, dan saya pun langsung menuju kesana untuk mencari tahu kepastian beritanya.
Sesampai di kantor polisi saya melihat beberapa panitia yang berkumpul sambil menunggu giliran untuk di interogasi. Saya mencoba menghampiri dan bertanya kepada mereka tentang berita terakhir korban tragedi tersebut dan ternyata jumlah korban yang meninggal sudah mencapai 10 orang yang tersebar di 2 Rumah Sakit. Beberapa korban yang tidak tertolong meninggal di RS Bungsu dan RS Hasan Sadikin Bandung, dan menurut panitia yang ikut mengantar ke rumah sakit bercerita setibanya di rumah sakit hampir sebagian besar korban tidak dilayani dan hanya dibiarkan saja oleh pihak rumah sakit hingga akhirnya mereka meninggal dunia. Mungkin hal ini terjadi dikarenakan pihak rumah sakit takut akan tidak selesainya urusan admistrasi dari masing-masing korban. Sungguh kondisi yang sangat mengecewakan dan menyesakan dada, namun apa daya semuanya sudah terlewati dan kami sudah tidak bisa membantu lebih banyak lagi.
Dunia musik Indonesia kembali berduka, sebuah konser musik yang menelan korban jiwa kembali terjadi. Lalu siapa yang bisa disalahkan? Apakah buruknya persiapan antisipasi panitia yang nakal dengan menjual tiket diluar kapasitas gedung? Apakah juga bobroknya sikap aparat sebagai pihak yang seharusnya mengatur keamanan di lokasi konser? Atau terlalu banyaknya teman-teman kita yang terlalu mabuk ketika menonton konser? Lalu bagaimana dengan parahnya pelayanan di rumah sakit yang terkesan acuh untuk menangani korban? Saya rasa semua itu bisa menjadi penyebabnya, dan kita hanya bisa menyesalinya. Tentunya setelah tragedi ini rasa pesimis teman-teman di komunitas akan sulitnya izin untuk bisa menyelenggarakan konser-konser akan semakin bertambah.
Dengan adanya tulisan pendek ini mudah-mudahan berita miring di media yang terkesan memojokan teman-teman komunitas atas tragedi ini dapat sedikit diluruskan, dan kejadian ini dapat dijadikan contoh kasus yang perlu diteladani dan disikapi dengan benar oleh semua pihak yang berkaitan dengan pelaksanaan sebuah konser musik. Tulisan ini hanya sebuah pandangan dan opini seorang musisi, teman, dan penikmat musik yang sangat mengharapkan suasana yang kondusif dari sebuah konser. Dari lubuk hati yang paling dalam saya mewakili komunitas musik sejagad Indonesia turut merasakan prihatin dan belasungkawa yang sedalam-dalamnya atas tragedi ini. Semoga teman-teman kami yang telah pergi dapat beristirahat dengan tenang dan segala kebaikannya diterima disisi Allah SWT, Amien…
Live hard, die hard‚Ķ Rest In Peace Brothers, we’re gonna miss u‚Ķ
Posted by Megabenz.(Eben BKHC)
When will it end?
rest in peace
amin.